PENDIDIKAN
DERADIKALISME
Akhir-akhir ini radikalisme sudah mulai
memasuki dunia pendidikan. Secara historis radikalisme merupakan sebuah
kelompok atau gerakan politik yang kendur dengan tujuan mencapai kemerdekaan yang
mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme, penghapusan gelar,
redistribusi hak milik dan kebebasan pers, dan dihubungkan dengan perkembangan
liberalisme. Radikalisme sendiri biasanya mengarah kepada hal-hal yang berbau
ekstrim. Menurut Ansyaad Mbai (ketua BNPT), sikap radikal bisa bermula dari
pembenaran dimasukkannya pemahaman bahwa merekalah yang paling memahami
ayat-ayat suci atau hadis Alquran, sehingga dengan begitu mudah melakukan
pembenaran membasmi orang-orang yang dianggap sebagai musuh-musuh Islam.
Dari
permasalahan tersebut perlu adanya perhatian lebih terhadap para pelajar agar
tidak ikut-ikutan bersikap radikal. Meskipun sudah ada juga yang bersikap
radikal, setidaknya ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembalikan mereka
ke arah yang benar. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Mohammad Nuh, perlu diadakannya pendidikan karakter terhadap para pelajar.
Untuk mencegah segala tindakan radikalisme adalah dengan menanamkan rasa cinta
tanah air dan rasa empati terhadap sesama kepada para siswa sehingga tidak ada
lagi pemikiran untuk melakukan tindakan radikal. Tingginya jumlah pelajar di
Indonesia merupkan salah satu sebab beredarnya radikal di sekolah-sekolah,
tambahnya. Selain dengan pendidikan karakter, ada cara lain yang bisa digunakan
untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yaitu dengan pendidikan agama
yang diberikan secara continue dengan tafsir keagamaan yang bersifat
transformative dan inklusif, ujar ketua FKUB Jateng Abu Hapsin. Pendidikan
agama yang selam ini diberikan kepada para pelajar hanya bersifat formalitas,
tidak mendorong pembentukan moral dan karakteristik para pelajar.
Selain dengan menanamkan pendidikan
karakter dan pemberian pendidikan agama yang berkesinambungan, cara lain untuk
meminimalisir masuknya paham radikal di kalangan para pelajar yaitu dengan
menanamkan sifat keterbukaan untuk dapat menerima perbedaan atau pendapat yang
lain. Karena para pelajar yang terlibat masih berusia muda, yang mana pola
pikir mereka masih labil. Jika cara-cara tersebut bisa dilaksanakan dengan baik
dan berkelanjutan, diharapkan tingkat radikalisme dikalangan pelajar bisa
menurun secara bertahap. Ketika paham radikal sudah menipis atau bahkan
menghilang maka dunia pendidikan akan kembali berjalan lancer. Dan juga
masyarakat akan merasa tenang dengan menghilangnya kekerasan-kekerasan yang
timbul dari paham radikal tersebut.
Komentar
Posting Komentar